Biografi Sapardi Djoko Damono - Sastrawan Indonesia

Salah satu sastrawan Indonesia yang produktif menerbitkan karya adalah Sapardi Djoko Damono. Beliau aktif menulis sejak berusia 13 tahun dan sudah menerbitkan lebih dari 27 buku. Buku-buku beliau bukan hanya puisi dan cerpen, melainkan juga buku non fiksi seperti Sastra Lisan Indonesia (1983).

Riwayat hidup

Sapardi Djoko Damono (SDD) lahir di Surakarta, 20 Maret 1940. Masa mudanya dihabiskan di Surakarta (lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958). Sapardi merupakan anak sulung dari pasangan Sadyoko dan Sapariah. Sadyoko adalah abdi dalem di Keraton Kasunanan, mengikuti jejak kakeknya. Berdasarkan kalender Jawa, ia lahir di bulan Sapar. Hal itu menyebabkan orang tuanya memberinya nama Sapardi. Menurut kepercayaan orang Jawa, orang yang lahir di bulan Sapar kelak akan menjadi sosok yang pemberani dan teguh dalam keyakinan.

Ia menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.

PENDIDIKAN 

  • Sekolah Dasar Kasatrian
  • SMP II Mangkunagaran
  •  SMA II di Margoyudan
  • Jurusan Sastra Barat Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM

KARIR 
  • Guru Besar Ilmu Sastra
  • Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI
  • Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI
  • Ketua Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI
  • Pendiri Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI)
  • Dosen Universitas Diponegoro
  • Direktur Pelaksana Yayasan Indonesia
  • Dosen tetap di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI
  • Anggota Dewan Kesenian Jakarta
  • Pelaksana harian Pusat Dokumentasi HB Jassin
  • Anggota redaksi majalah kebudayaan Basis
  • Country editor untuk majalah Tenggara
  • Koresponden untuk Indonesian Circle
  • Pendiri Yayasan Puisi dan menerbitkan Jurnal Puisi

Karier Menulis

Awal karir menulis Sapardi dimulai dari bangku sekolah.  Pada masa itu, beliau sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada masa tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah “Horison”, “Basis”, dan “Kalam”.


Baca juga : Biografi Asma Nadia

Dari kemampuannya di bidang seni, mulai dari menari, bermain gitar, bermain drama, dan sastrawan, tampaknya bidang sastralah yang paling menonjol dimilikinya. Pria yang dijuluki sajak-sajak SDD ini tidak hanya menulis puisi, namun juga cerita pendek. Ia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, esai, dan sejumlah artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola. Sapardi juga sedikit menguasai permainan wayang, karena kakeknya selain menjadi abdi dalem juga bekerja sebagai dalang.

Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Pada tahun 1986 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar. Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari. Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi terhadapnya. Yang terkenal terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet “Dua Ibu”). Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD.

Di dunia fiksi, Sapardi telah menghasilkan 27 buku, di antaranya berupa terjemahan dan karangannya sendiri seperti Duka-Mu Abadi (1969), Membunuh Orang Gila (2003) dan Namaku Sita (2012).

Ia tidak hanya menulis fiksi, tetapi juga non fiksi. Di ranah nonfiksi, Sapardi setidaknya telah menelurkan delapan buku yang semuanya menjadi rujukan penting di dunia kesusastraan Indonesia, seperti Sastra Lisan Indonesia (1983) dan Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978).

Sebagai seorang penulis hebat, Sapardi juga memiliki tokoh penulis favorit. Penulis Indonesia yang dia kagumi yaitu Armijn Pane (1908-1970) dengan  novelnya berjudul Belenggu .  Selain itu, dia juga menyukai karya-karya Muchtar Lubis (1922-2004). Sementara penulis luar, Sapardi mengagumi karya-karya adalah Ernest Hemingway dan juga sastrawan Prancis, Albert Camus.



PENGHARGAAN
•    Cultural Award dari Australia (1978)
•    Anugerah Puisi Putra dari Malaysia (1983)
•    SEA Write Award dari Thailand (1986)
•    Anugerah Seni dari Pemerintah Indonesia (1990)
•    Mataram Award (1985)
•    Kalyana Kretya (1996) dari Menristek RI
•    Penghargaan Achmad Bakrie (2003)

Karya Fiksi

Fiksi (Puisi dan Prosa)
  • "Duka-Mu Abadi", Bandung (1969)
  • "Lelaki Tua dan Laut" (1973; terjemahan karya Ernest Hemingway)
  • "Mata Pisau" (1974)
  • "Sepilihan Sajak George Seferis" (1975; terjemahan karya George Seferis)
  • "Puisi Klasik Cina" (1976; terjemahan)
  • "Lirik Klasik Parsi" (1977; terjemahan)
  • "Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak" (1982, Pustaka Jaya)
  • "Perahu Kertas" (1983)
  • "Sihir Hujan" (1984; mendapat penghargaan Puisi Putera II di Malaysia)
  • "Water Color Poems" (1986; translated by J.H. McGlynn)
  • "Suddenly the night: the poetry of Sapardi Djoko Damono" (1988; translated by J.H. McGlynn)
  • "Afrika yang Resah (1988; terjemahan)
  • "Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia" (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F: Brissenden dan David Broks)
  • "Hujan Bulan Juni" (1994)
  • "Black Magic Rain" (translated by Harry G Aveling)
  • "Arloji" (1998)
  • "Ayat-ayat Api" (2000)
  • "Pengarang Telah Mati" (2001; kumpulan cerpen)
  • "Mata Jendela" (2002)
  • "Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro?" (2002)
  • "Membunuh Orang Gila" (2003; kumpulan cerpen)
  • "Nona Koelit Koetjing: Antologi cerita pendek Indonesia periode awal (1870an - 1910an)" (2005; salah seorang penyusun)
  • "Mantra Orang Jawa" (2005; puitisasi mantera tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia)
  • "Before Dawn: the poetry of Sapardi Djoko Damono" (2005; translated by J.H. McGlynn)
  • "Kolam" (2009; kumpulan puisi)
  • "Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita" (2012)
  • "Namaku Sita" (2012; kumpulan puisi)
  • "The Birth of I Lagaligo" (2013; puitisasi epos "I La Galigo" terjemahan Muhammad Salim, kumpulan puisi dwibahasa bersama John McGlynn)
  • "Hujan Bulan Juni: Sepilihan Sajak" (edisi 1994 yang diperkaya dengan sajak-sajak sejak 1959, 2013; kumpulan puisi)
  • "Trilogi Soekram" (2015; novel)
  • "Hujan Bulan Juni" (2015; novel)
  • "Melipat Jarak" (2015, kumpulan puisi 1998-2015)
  • "Suti" (2015, novel)
Baca juga : Biografi Dewi Lestari

Karya Non Fiksi

  • "Sastra Lisan Indonesia" (1983), ditulis bersama Subagio Sastrowardoyo dan A. Kasim Achmad. Seri Bunga Rampai Sastra ASEAN.
  • "Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan"
  • "Dimensi Mistik dalam Islam" (1986), terjemahan karya Annemarie Schimmel "Mystical Dimension of Islam", salah seorang penulis.
  • "Jejak Realisme dalam Sastra Indonesia" (2004), salah seorang penulis.
  • "Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas" (1978).
  • "Politik ideologi dan sastra hibrida" (1999).
  • "Pegangan Penelitian Sastra Bandingan" (2005).
  • "Babad Tanah Jawi" (2005; penyunting bersama Sonya Sondakh, terjemahan bahasa Indonesia dari versi bahasa Jawa karya Yasadipura, Balai Pustaka 1939).
  • "Bilang Begini, Maksudnya Begitu" (2014), buku apresiasi puisi.

Sebagai sastrawan terkenal, beliau juga aktif menggunakan media sosial. Untuk mengenal lebih dekat dengan Sapardi Djoko Damono, kunjungilah akun  Twitter-nya @SapardiDD.


No comments:

Post a Comment